Translate

Sabtu, 09 Juni 2012

Kelenteng KWAN SING BIO dan TJOE LING KIONG


Bagi orang Tionghoa Kelenteng bukan sekedar tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat interaksi
sosial, serta ekonomi (Pada setiap kelenteng pasti terdapat altar tempat pemujaan. Pada kelenteng yang besar bahkan terdapat lebih dari satu altar yaitu altar utama dan altar pendamping. Diatas altar utama inilah diletakkan patung dari dewa utama yang dipuja pada kelenteng tesebut.Jadi dari patung utama inilah kita mengetahui kepada siapa kelenteng tersebut dipersembahkan. Pada kota-kota pelabuhan di
Asia Tenggara umumnya kelenteng dipersembahkan kepada dewa keselamatan atau dewa pelaut yang dinamakan ‘Tianhou’ atau dalam bahasa setempat terkenal dengan sebutan Makco.
Kelenteng Tjoe Ling Kiong di Jl. P. Sudirman no.104, Tuban juga dipersembahkan kepada dewa ‘Tianhou’ ini. Dari buku : Chinese Epigraphic Material in Indonesia dari Wofgang Franke (1996),
dapat diketahui bahwa kelenteng di Indonesia juga digunakan
 Permukiman Tionghoa di Tuban sudah ada sejak lama seperti di tulis oleh Levathes (1994:184):
As early as the tenth century, Chinese refugees, mainly from Guangdong and Fujian
provinces, settled in Java. An as we seen, in the early of fifteenth century, Zheng He (Cheng Ho) found large settlement of Chinese in Gresik, Tuban, and Majapahit on Java’s north coast…..”
Orang Tionghoa menyebut Tuban sebagai ‘Duban’ atau ‘Chumin’. Ma Huan pengelana bangsa
Tionghoa (1433), mengatakan bahwa di Tuban waktu itu sudah terdapat permukiman orang Tionghoa yang berasal dari propinsi Guangdong dan Fujian, tepatnya daerah Zhangzhou dan Quanzhou.
. Dari sumber Cina yang lain, dikatakan bahwa dua orang komandan tentara Mongol (dinasti
Yuan 1279 – 1368) yang bernama Shi Phi dan Kau Shing pada th. 1292 mendarat di Tuban dalam ekspedisinya ke Jawa (Franke, 1997:861)
Sekarang ini kota Tuban mempunyai dua buah kelenteng. Yang pertama adalah ‘Ciling Gong’ atau
dalam dialek Hokkian disebut sebagai “Tjoe Ling Kiong”. Papan nama yang dipasang didepan tempat
peribadatan tersebut adalah : “Tempat Ibadah Tridharma Tjoe Ling Kiong”, terletak di Jl. Sudirman
104 Tuban, disebelah Utara alun-alun Tuban yang sekarang. Yang kedua adalah Guansheng Miao atau
dalam dialek Hokkian disebut sebagai “Kwan Sing Bio”. Kelenteng ini terletak di Jl. Martadinata no.1.
Tuban.
, Kelenteng Tjoe Ling Kiong, Jl. P. Sudirman 104 ,Tuban
Di dalam kelenteng terdapat inskripasi tentang retorasi yang dilakukan pada th. 1850. Jadi diperkirakan kelenteng tersebut sudah ada jauh sebelum th. 1850.
Kelenteng Tjoe Ling Kiong atau sekarang sering disebut sebagai Tempat Ibadat Tridarma, dipersembahkan untuk Dewi Tianhou (.Tianhou atau Ma Zu atau Mak Co (Hokkian), juga dikenal
dengan sebutan Tian Shang Sheng Mu ( Mandarin) atau Thian Siang Sing Bo adalah dewi pelindung bagi pelaut asal Fujian (Hokkian) Tapi disamping altar utamanya juga terdapat patung dewa
lain yaitu Fude Zhengshen (Fude zhengshen adalah ‘dewa bumi dan kekayaan’) dan Jialia


Kelenteng Kwan Sing Bio27, JL. Martadinata No.1, Tuban
Orientasi dari kelenteng ini dihadapkan kearahlaut. Tempat ibadah ini dipersembahkan kepada dewa ‘Guandi’. Pada altar yang ada disampingnya juga diletakkan patung kedua pengikut Guandi yaitu
Guan Ping dan Zhou Cang. Kendaraan Guandi yang berupa kuda sakti juga dipuja disana. Ulang tahun
dari dewa ini dirayakan pada tanggal 24 bulan keenam pada sistim penanggalan Tionghoa. kelenteng tersebut didirikan pada th. 1773. Tapi inskripsi tertua yang terdapat di kelenteng tersebut berangka tahun 1871
 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEMUKAN PASANGAN MU, KLIK DISINI