Translate

Sabtu, 09 Juni 2012

TUBAN, SEJARAH DAN LEGENDA



Nama ‘Tuban’ berasal dari sebuah sumber air tawar yang ditemukan di tempat tersebut (.Letaknya sumber air bersih tersebut berjarak kurang lebih 10 m  dekat pantai, tapi sumur (sumber air) tersebut tetap tawar dan segar) Peristiwa ini membuat orang menamakannya ‘me(tu) (ban)yu” (keluar air). Sehingga tempat tersebut kemudian dinamakan Tuban ( Sumber lain tentang sejarah dan legenda tentang kota Tuban lihat: Soeparmo, R. (1983), Tujuh Ratus Tahun Tuban, dan buku: Hari Jadi Tuban (1987), Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tuban.)
. Dulunya Tuban bernama Kambang Putih (. Nama ini didapat dari daratan Tuban, yang kalau dilihat dari arah laut, seolah-olah seperti batu putih yang terapung (watu kambang putih dalam bahasa Jawa). Sumber ini didapat dari buku : Soeparmo, R. (1983), Tujuh Ratus Tahun Tuban, dan buku Hari Jadi Tuban (1987), Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tuban)  Sudah sejak abad ke-11 sampai 15 dalam berita-berita para penulis China (pada jaman dinasti Song Selatan 1127-1279 dan dinasti Yuan (Mongol) 1271-1368 sampai jaman dinasti Ming th.1368-1644 ( Laporan Ma Huan yang mengiringi Cheng Ho dalam pelayaran ke 3 (1413-1415), mencatat bahwa kalau orang Cina pergi ke Jawa, kapal-kapal lebih dulu sampai ke Tuban, baru kemudian meneruskan perjalanannya ke Gresik, kemudian dilanjutkan ke Surabaya, baru dari sana menuju ke pusat kerajaan Majapahit (di daerah sekitar Mojokerto sekarang) dengan memakai perahu kecil lewat sungai Brantas. (dikutip dari :Ying Yai Sheng Lan dalam buku Nusa Jawa, Denys Lombard Jilid 3)
, Tuban disebut sebagai salah satu kota pelabuhan utama di pantai Utara Jawa yang kaya dan banyak penduduk Tionghoanya. Orang Cina menyebut Tuban dengan nama Duban atau nama lainnya adalah Chumin. Pasukan Cina- Mongolia (tentara Tatar), yang pada th. 1292 datang menyerang Jawa bagian Timur (kejadian yang
menyebabkan berdirinya kerajaan Majapahit) mendarat di pantai Tuban. Dari sana pulalah sisa-sisa
tentaranya kemudian meninggalkan P.Jawa untuk kembali ke negaranya (Pada awal abad ke 21 ini, tepatnya pada tgl. 24 Juli 2005, telah ditanda tangani pembangunan kilang minyak di Tuban oleh China Petrochemical Corporation, dengan Pertamina, untuk membangun kilang minyak berkapastas 150.000-200.000 barel perhari. Jadi orang Cina datang lagi ke Tuban pada awal 21 ) (Graaf, 1985:164). Tapi sejak
abad ke 15 dan 16 kapal-kapal dagang yang berukuran sedang saja sudah terpaksa membuang sauh di laut yang cukup jauh dari garis pantai. Sesudah abad ke 16 itu memang pantai Tuban menjadi dangkal oleh endapan lumpur. Keadaan geografis seperti ini membuat kota Tuban dalam perjalanan sejarah selanjutnya sudah tidak menjadi kota pelabuhan yang penting lagi (Graaf, 1985:163).
Untuk mengurangi kesimpang siuran tentang hari jadi kota Tuban Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Tuban (waktu itu dijabat Drs. Djoewahiri Martoprawiro), menetapkan tanggal 12 Nopember 1293 sebagai hari jadi kota Tuban7. Panitia kecil yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Tingkat II
Tuban waktu itu memberi alasan bahwa ditetapkannya tanggal tersebut karena bertepatan dengan diangkatnya Ronggolawe sebagai Adipati Tuban. Ronggolawe dianggap sebagai pahlawan bagi rakyat Tuban, dan dianggap sebagai Bupati pertama Tuban.( Ketetapan tersebut dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tuban Nomor 155 tahun 1987, Tentang Penetapan Hari Jadi Tuban. Ketetapan tersebut dihasilkan atas rekomendasi dari suatu tim peneliti Hari Jadi Kota Tuban yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tuban Nomor: 90 tanggal 11 Juni 1986). (Ronggolawe adalah Bupati Tuban yang kedua. Cerita tentang Ronggolawe sebagai Bupati Tuban, lihat Prof. Dr. Slamet Muljana (2005a), dalam buku: Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit) hal. 213-217)
Seperti halnya dengan kota-kota lain di Jawa pada umumnya sumber sejarah kota Tuban sangat sulit didapat. Bahan tulisan yang ada penuh dengan campuran antara sejarah dan legenda. Buku “Babad
Tuban” yang ditulis oleh Tan Khoen Swie (1936), yang diteliti oleh De Graaf, disebut sebagai salah satu
sumber sejarah Tuban. Tapi buku tersebut lebih memuat tentang masalah pemerintahan serta pergantian penguasa di Tuban, sedang bentuk phisik kotanya hampir tidak disinggung sama sekali (.Terdapat sedikit keterangan tentang keadaan phisik kota Tuban sekitar th. 1598 dan 1599, yaitu waktu pemerintahan Bupati Tuban Pangeran Dalem dimana pada waktu pemerintahannya dibangun mesjid besar di Tuban dan bangunan pertahanan yang disebut sebagai “Guwa Barbar”.Berkat adanya gua pertahanan ini berhasil menghalau dua kali serangan dari daerah pedalaman yang dipimpimpin oleh satuan-satuan tentara Mataram (Graaf, 1985:170). Menurut penulis ada kemungkinan yang dimaksud dengan Guwa Barbar itu sekarang adalah “Guwa Akbar” yang baru ditemukan terletak dibawah lokasi yang digunakan sebagai pasar di Tuban)
Berita catatan tentang bentuk phisik kota Tuban secara samar-samar didapat dari berita kapal Belanda yang mendarat di Tuban yang dipimpin oleh Laksamana muda Van Warwijck (Tweede Schipvaert) pada
bulan Januari th. 1599. Dalam berita itu disebutkan bahwa orang Belanda terkesan sekali oleh kemegahan Keraton Tuban (Graaf, 1985:170). Selain itu juga terdapat gambar dari alun-alun Tuban10 pada abad ke 16, waktu diadakan latihan Senenan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEMUKAN PASANGAN MU, KLIK DISINI