Translate

Rabu, 17 Oktober 2012

Imam Masjid Nabawi Serukan Doa untuk Indonesia

(helo Tuban) IMAM Kedua Masjid Nabawi, Sheikh Ali Jaber, meminta rakyat Indonesia yang sedang melakukan ibadah haji untuk tidak lupa mendoakan bangsa ini. Ia bahkan mengimbau agar doa dilakukan di tempat-tempat yang paling ijabah seperti di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Tidak lupa doa juga dimasukkan dalam ritual tawaf mengelilingi Kabah yaitu pada tawaf kelima.

“Lebih baik berdoa dalam bahasa yang kita pahami, Allah maha tahu," ujar Sheikh Ali Jaber dalam perbincangan melalui telepon,  di Madinah.

Menurut Jaber, yang kini menetap di Indonesia, para jamaah haji tidak perlu repot-repot menghafalkan dan menghitung putaran tawaf yang sudah dilakukannya. Jamaah diimbau membuat sistem yang pelaksanaannya tidak hanya fokus pada hitungan putaran saja.

Misalnya ketika putaran pertama berdoalah untuk diri sendiri, putaran kedua berdoa untuk orang tua, putaran ketiga untuk anak-anak dan istri, putaran keempat untuk keluarga, putaran kelima untuk bangsa ini, keenam untuk kawan,sahabat dan para suhada dan ketujuh kepada diri sendiri lagi.
“Dengan metode seperti ini kita hanya akan khusyuk berdoa," ujarnya.

Ali Jaber mengingatkan, Masjidil Haram adalah salah satu tempat yang paling mulia di muka bumi ini dan waktu pelaksanaan haji mulai umrah dan di Arafah Mina adalah salah satu waktu yang paling mulia untuk berdoa. "Bayangkan kalau 200 ribu lebih jamaah Indonesia yang sedang melakukan haji, berdoa di tempat dan waktu yang diijabah maka tentunya Indonesia akan menjadi negara yang adil," kata dia.

Ali Jaber juga mengingatkan agar dalam doanya untuk bangsa ini, jamaah haji Indonesia meminta kepada Allah SWT agar diberikan pemimpin-pemimpin yang amanah yang bisa membawa bangsa ini menjadi negara yang adil dan makmur. "Allah menciptakan bangsa Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim tentu ada maknanya. Kita tentunya tidak mau Indonesia menjadi contoh dari perkataan Nabi Muhammad bahwa akan datang masanya ketika umat Islam seperti buih di lautan yang meskipun banyak, tapi tidak ada artinya," katanya.

Sementara itu Sekretaris Fraksi PAN, Teguh Juwarno yang pergi ke tanah suci tahun lalu menceritakan dirinya sempat menangis melihat begitu banyaknya orang Indonesia yang melakukan haji, namun hal itu tidak tercermin dalam kehidupan keseharian berbangsa dan bernegara. "Saya menangis dalam renungan. Umat Islam kita begitu banyak yang melaksanakan haji, namun hal itu tidak tercermin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Teguh.

Umat Islam Indonesia menurutnya nampaknya baru melaksanakan haji pada tataran ritual wajib. Tidak sedikit jamaah haji yang hanya mendahulukan proses mengejar pahala tapi melupakan esensi dari haji itu sendiri. Ambil contoh, tidak sedikit jamaah haji yang ditinggalkan regunya hanya karena dia tua dan lambat bergerak sehingga membuat jamaah di rombongannya merasa terhalang ibadahnya dan kemudian meninggalkannya.
“Ini kan bukan konteks haji yang diinginkan oleh Islam,"

Pemerintah pun seharusnya tiap tahun juga bisa menggunakan momentum haji sebagai agen perubahan bangsa. Caranya dengan melakukan training massal melalui para pembimbing haji. Materi ceramahnya pun tidak melulu soal mengejar ganjaran ribuan kali lipat pahala, sampai-sampai menghalalkan segala cara. Tapi juga bisa diisi materi kebangsaan.

Para pejabat yang melakukan haji pun seharusnya dapat memberikan teladan bagi rakyat. Dirinya mengaku tidak bisa salahkan masyarakat yang berhaji kalau kondisi para pemimpinnya juga belum baik. Para pejabat seharusnya yang berhaji bisa mencerminkan nilai-nilai berhaji seperti pengorbanan dalam menjalankan tugas dan amanah yang diembannya. “Contoh Nabi Ibrahim yang ikhlas mengurbankan anaknya. Intinya pejabat berhaji harus mau berkurban dan memberi teladan yang baik," kata Teguh Juwarno. (prizt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEMUKAN PASANGAN MU, KLIK DISINI